Berdiri: 1932
Alamat: JL Ki Mangun Sarkoro No. 8, Semarang
Telepon : (024) 8311365
Ketua Klub: Sukawi Sutarip
Stadion: Jatidiri, Semarang
Sejarah Singkat
Persatuan
Sepakbola Indonesia Semarang atau lebih dikenal dengan sebutan PSIS
Semarang adalah sebuah tim sepakbola profesional yang berkedudukan di
Kota Semarang, Jawa Tengah. Saat ini tim berjuluk Mahesa Jenar adalah
salah satu kontestan Superliga 2008/09, pentas kompetisi paling
bergengsi di tanah air.
Awal mula terbentuknya tim kebanggaan
warga Kota Semarang ini telah ada sejak ibukota Jawa Tengah ini masih
berada di bawah kekuasaan pemerintah kolonial Belanda. Di mana klub yang
pertama tercatat
adalah tim sepakbola UNION yang berdiri sejak 2
Juli 1911. Klub ini sendiri hanyalah sebutan bagi tim dengan nama
Tionghoa Hoa Yoe Hwee Koan. Tim ini mendapatkan hak rechspersoon pada 1917 dari
pemerintah kolonial.
Setelah
itu bermunculan pula klub-klub sepakbola lainnya seperti Comite
Kampioens-wedstrijden Tionghoa (CKTH). Pada dekade 1926 tim ini berubah
nama menjadi Hwa Nan Voetbalbond (HNV). Klub ini bahkan telah melakukan
pertandingan eksibisi dengan klub luar negeri asal Taiwan, Loh Hua Team
Voetbalbond.
Sementara di kalangan penduduk pribumi, perkumpulan
yang menonjol adalah Tots Ons Doel (TOD) yang didirikan pada 23 Mei
1928. Klub ini bermarkas di Tanggul Kalibuntang (sekarang Jl. Dr.
Cipto). Dalam
perjalanannya, TOD sempat berganti nama menjadi PS.
Sport Stal Spieren (SSS). Klub inilah yang kemudian menjadi cikal bakal
lahirnya PSIS Semarang, meski pada 1930 tim ini sempat berganti nama
menjadi Voetbalbond Indonesia Semarang (VIS) yang berlatih di lapangan
Karimata Timur.
Setelah PSSI lahir pada 19 April 1930, VIS
kemudian kembali berganti nama menjadi Persatuan Sepakbola Indonesia
Semarang (PSIS) yang beranggotakan klub sepakbola Romeo, PSKM, REA, MAS,
PKVI, Naga, RIM, RDS dan SSS sendiri. Sebagai bentuk nasionalis, klub
SSS kemudian berganti nama dalam bahasa Indonesia yang berarti, Sport
Supaya Sehat, sampai sekarang.
Seperti halnya tim-tim lain di
tanah air, PSIS Semarang pun memiliki pasang surut prestasi. Terlebih
setelah sepakbola Indonesia memasuki era profesional pada musim
kompetisi 1994/95. Puncaknya ketika
terdegradasi ke divisi satu pada
musim 1999/00. Sangat ironis karena pada musim sebelumnya tampil
sebagai juara. Untungnya hanya semusim berada di level kedua kompetisi
sepakbola nasional, tim ini kembali ke divisi utama.
Sejak saat
itu prestasi PSIS cenderung stagnan. Barulah pada musim 2006 mereka
kembali bangkit dan nyaris merebut mahkota juara, setelah tampil sebagai
runner-up. Namun setelah itu prestasi tim ini kembali menurun hingga
akhirnya tidak mendapat tiket ke Superliga, karena hanya menempati
peringkat kesepuluh. Beruntung, Persiter Ternate dan Persmin Minahasa,
dua tim pemegang tiket Superliga, mundur akibat krisis finansial
sehingga PSIS tampil sebagai pengganti bersama PKT Bontang.
Kiprah Di Superliga
Tampil
sebagai tim pengganti membuat PSIS Semarang tidak begitu melakukan
persiapan dengan baik. Terlebih karena seiring dengan itu mereka dililit
masalah finansial yang cukup serius, akibat terhentinya aliran dana
APBD Kota Semarang yang selama ini menopang kehidupan klub. Hal tersebut
membuat sejumlah pilar andalannya hengkang ke klub lain.
Tak
pelak PSIS melakukan persiapan seadannya yang berbuntut pada pemecatan
pelatih Edi Pariono karena dianggap gagal mengangkat prestasi PSIS.
Tugasnya pun diserahkan kepada Bambang Nurdiansyah. Masuknya mantan
pelatih Arema Malang itu memang sempat mencuatkan harapan. Maklum saja
karena mantan bomber timnas era 1990-an ini pernah mencatat prestasi
saat membesut PSIS, ketika mengantar tim ini menempati peringkat kedua
di divisi utama.
Sayang harapan itu tidak sepenuhnya bisa
terealisasi. Prestasi PSIS tak juga kunjung membaik hingga menutup
putaran pertama di papan bawah. Untuk sementara Idrus Gunawan dan
kawan-kawan menempati
posisi ke-14 dengan torehan 13 poin dari 17
pertandingan. Hasil dari tiga kali menang, empat kali seri, dan sepuluh
kali kalah. Jika tidak segera melakukan pembenahan, bukan tidak mungkin
tim ini terlempar dari Superliga musim depan.
Peluang Juara
Untuk
tampil sebagai juara memang jauh dari harapan. Sebab PSIS tertinggal
cukup jauh dengan 26 poin dari Persipura Jayapura yang menjadi pemuncak
klasemen. Dibutuhkan keajaiban jika PSIS ingin tampil sebagai juara.
Sebab selain harus mampu mengejar peroleh poin Mutiara Hitam, skuad tim
besutan pelatih Bambang Nurdiansyah itu harus mampu menahan laju tim
lain yang juga mengincar juara.
Yang paling realisitis bagi PSIS
adalah bagaimana berpikir keras agar jangan sampai terdegradasi dari
ajang kompetisi paling bergengsi di tanah air pada musim depan. Sebab
posisi PSIS di akhir putaran
pertama itu sangat rawan. Terlebih karena hanya terpaut empat poin dengan penghuni papan bawah Persitara Jakarta Utara.
Penambahan
amunisi yang lebih siap tempur mutlak harus dilakukan. Itu karena skuad
tim yang ada saat ini jelas jauh dari harapan. Terutama dari sektor
pemain asingnya yang mestinya menjadi tumpuan bagi Mahesa Jenar dalam
meraup poin, agar terhindar dari zona degradasi. Bagaimana pun, kualitas
pemain impor itu minimal berada dua tingkat di atas pemain lokal.
Sekiranya kualitasnya tidak jauh berbeda, maka harapan meraih prestasi
jelas sulit diperoleh.
Prestasi
Perserikatan
Juara: 1986/87
Liga Indonesia (LI)
1994/95: Peringkat 13 Wilayah Timur
1995/96: Peringkat 10 Wilayah Timur
1996/97: Peringkat Enam Grup Tengah
1998/99: Juara
1999/00: Degradasi ke divisi satu
2001: Promosi ke divisi utama
2002: Peringkat ke-8 Wilayah Timur
2003: Peringkat ke-13
2004: Peringkat ke-9
2005: Peringkat ke-3
2006: Runner-up
2007: Posisi ke-10 Wilayah Barat
http://www.goal.com/id-ID/news/1391/indonesia-super-league/2008/11/03/945544/profil-psis-semarang
Jumat, 11 April 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)






0 komentar:
Posting Komentar